Tantangan dan Peluang Pendidikan Non-Formal di Era Digital
Pendidikan non-formal memegang peran penting dalam memberikan kesempatan belajar bagi mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal secara reguler. Tantangan dan peluang pendidikan non-formal di era digital saat ini menjadi perbincangan hangat di kalangan para pakar pendidikan.
Menurut Prof. Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tantangan utama dalam pengembangan pendidikan non-formal adalah meningkatkan aksesibilitas dan kualitasnya. “Dalam era digital ini, teknologi dapat menjadi sarana efektif untuk meningkatkan akses pendidikan non-formal bagi masyarakat,” ujar Prof. Anies.
Namun, di balik peluang yang ditawarkan oleh teknologi, juga terdapat tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kesenjangan akses teknologi di kalangan masyarakat. “Tantangan terbesar dalam pendidikan non-formal di era digital adalah bagaimana mengatasi kesenjangan akses teknologi di masyarakat,” ungkap Dr. Nadiem Makarim, CEO Gojek.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci utama. “Kami perlu bekerja sama untuk menciptakan inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan akses pendidikan non-formal bagi semua lapisan masyarakat,” kata Dr. Nadiem.
Sebagai contoh, program-program pelatihan online dan platform belajar daring seperti Ruangguru dan Quipper telah membuktikan bahwa pendidikan non-formal dapat diakses secara luas melalui teknologi digital. “Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan kami agar lebih banyak masyarakat dapat memperoleh pendidikan non-formal yang berkualitas,” ujar salah satu perwakilan dari Ruangguru.
Dengan semakin berkembangnya teknologi digital, tantangan dan peluang pendidikan non-formal di era ini semakin menarik untuk dieksplorasi. Dengan kerjasama yang solid antara berbagai pihak, diharapkan pendidikan non-formal dapat semakin merata dan berkualitas bagi semua lapisan masyarakat.